Saat ini perkembangan dunia investasi di Indonesia sedang berkembang pesat. Generasi millenial dan generasi Z sudah banyak yang menjadi investor di Indonesia di usia muda dan berinvestasi di berbagai macam instrumen investasi. Beberapa contoh instrumen investasi yang banyak dipilih oleh investor di Indonesia adalah pasar modal, reksa dana, dan surat berharga negara. Tentunya dari setiap jenis instrumen investasi yang ada, memiliki risiko dan keuntungannya masing-masing. Selain profil risiko dan keuntungan, ada banyak faktor lain yang menyebabkan para investor memilih instrumen tertentu.
Baca Juga: Keuntungan Investasi Reksadana
Investor Indonesia Berinvestasi Reksa Dana
Reksa Dana sebagai salah satu instrumen investasi memiliki peminat yang sangat banyak di Indonesia. Berdasarkan data dari Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI, 2022), terhitung pada bulan Februari tahun 2022 jumlah investor reksa dana di Indonesia mencapai 7,4 juta orang. Itu artinya, 2,6% penduduk Indonesia menjadi investor di Reksa Dana. Jumlah ini naik 8,9% dari tahun sebelumnya. Bisa dilihat juga perkembangan investor Reksa Dana di tahun 2021 meningkat tajam hingga 115,41% dari tahun 2020.
Bila kamu sandingkan dengan investor pasar modal dan surat berharga negara, jumlah investor reksa dana berada diurutan kedua terbanyak.
Beberapa alasan yang menyebabkan investor Reksa Dana banyak adalah karena adanya Manajer Investasi. Bagi kaum milenial dan Gen Z yang memiliki kesibukan yang padat, tidak memiliki pengetahuan yang cukup, dan tidak mengetahui cara menghitung risiko investasi, tentu akan terbantu dengan adanya manajer investasi ini. Selain itu, Reksa Dana juga memiliki likuiditas yang tinggi, adanya diversifikasi, transaksi yang mudah, dan risiko yang lebih kecil.
Berdasarkan data dari Otoritas Jasa Keuangan (2022), total Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana pada bulan Maret 2022 adalah sebesar Rp568.194.104.001.548,00 dengan total Unit penyertaan sebanyak 416.374.370.174,88 unit. Nilai ini jauh lebih tinggi bila melihat besaran NAB di bulan Maret 2018 yang hanya sebesar Rp496.257.778.671.628,00 dengan total Unit Penyertaan sebanyak 352.547.781.415,53 unit.
NAB merupakan salah satu tolak-ukur dalam memantau hasil dari suatu Reksa Dana. Besarnya Nilai aktiva bersih ini menunjukan nilai pasar wajar (fair market value) suatu efek dan kekayaan lain dari reksa dana dikurangi dengan kewajiban (utang). Para investor di Reksa Dana biasanya akan menggunakan nilai ini dalam mencari tau harga unit investasi dari perusahaan bersangkutan. Kenaikan NAB mengindikasikan bahwa instrumen investasi ini semakin berkembang.
Generasi Z dan Y (Millennial)
Melihat data dari KSEI (2018), proporsi investor di Indonesia dominan adalah Generasi Y dan Z dengan persentase sebesar 81.81%. Persentase yang besar ini, sebanding dengan karakteristik generasi Z dan Y.
Dari laman Katadata (2022), generasi Z merupakan generasi yang up to date dan tidak bisa lepas dari yang namanya ponsel dan internet. Mereka mahir memainkan internet untuk bermain sosial media, belajar, berkarya, hingga mencari penghasilan. Gen Z memiliki pengetahuan finansial yang baik dan sudah menyadari pentingnya menabung dan investasi di masa yang akan datang. Dalam urusan finansial, mereka berusaha untuk tidak terjebak dalam hutang. Dari alasan tersebut, generasi Z sudah memiliki pandangan kedepan dan banyak yang memilih untuk menjadi investor di usia muda.
Sedikit berbeda dengan Gen Z, berdasarkan IDN Times (2020), Gen Millenial tidak bisa lepas dari gawai dan lebih menyukai pembayaran non tunai. Selain itu, Gen Millenial juga suka dengan segala sesuatu yang cepat dan instan. Kemudahan yang investor Reksa Dana rasakan bisa jadi alasan terkuat Gen Millenial untuk memilih berinvestasi pada instrumen ini.
FOMO (Fear of Missing Out)
Namun yang perlu kita waspadai bersama adalah alasan berinvestasi karena FOMO. Tidak sedikit dari para investor muda di Indonesia memilih untuk menjadi investor karena FOMO. FOMO atau Fear of Missing Out, artinya rasa takut yang dirasakan seseorang karena takut tertinggal dengan segala hal. Dalam lingkup investasi, yang mengalami FOMO biasanya memilih untuk berinvestasi karena mengikuti tren atau ikut-ikutan investasi karena teman dapet cuan banyak dari situ. Merasa diri sendiri tertinggal dari teman-temannya dan tidak mau menyia nyiakan peluang tanpa sobat pahami terlebih dahulu. Apakah kamu pernah mengalami ini?
Tentunya alasan seperti ini yang bisa merugikan diri kita sendiri. Perlu pengetahuan dan analisis risiko yang baik sebelum memilih untuk berinvestasi. Dampak negatif yang mungkin terjadi karena FOMO dalam berinvestasi adalah asal dalam memilih investasi saham. nekat mengambil hutang, sulit menabung, dan konsumtif. Sebagai investor yang bijak, mari pahami terlebih dahulu segala sesuatu yang berhubungan dengan invetasi sebelum kamu memulainya. Jika kamu ingin bertanya, bisa ditulis di kolom komentar ya. Semangat mencari cuannya sobat.
Sumber:
KSEI. (2022). Statistik Pasar Modal Indonesia Februari 2022. Kustodian Sentral Efek Indonesia.
Otoritas Jasa Keuangan. (2022). Reksa Dana Per Jenis Maret 2022. Otoritas Jasa Keuangan.
Katadata.com (2022). Memahami Karakteristik dan Ciri-ciri Generasi Z. Katadata.
IDN Times (2020). 10 Ciri Dasar Generasi Millennial, Kamu Termasuk Gak Nih?. IDN Times.
At the beginning, I was still puzzled. Since I read your article, I have been very impressed. It has provided a lot of innovative ideas for my thesis related to gate.io. Thank u. But I still have some doubts, can you help me? Thanks.
I loved the wit in this piece! For more on this topic, visit: EXPLORE FURTHER. Keen to hear everyone’s views!
You have noted very interesting points! ps decent web site.Raise blog range
Can you be more specific about the content of your article? After reading it, I still have some doubts. Hope you can help me.
Thank you for your sharing. I am worried that I lack creative ideas. It is your article that makes me full of hope. Thank you. But, I have a question, can you help me?
Dominate the game and lead your team to victory Lodibet