Sesimpel Ini 8 Tips Dapat Premi Asuransi Jiwa Murah Meriah

Asuransi jiwa merupakan sebuah cara untuk mengurangi dan membagi beban risiko serta memberikan perlindungan ekonomi pada keluarga apabila terjadi musibah yang mengakibatkan pencari nafkah meninggal dunia. Fyi, kamu bisa loh mendapatkan premi asuransi murah!

Asuransi jiwa memiliki peran yang cukup penting agar keuangan keluarga tetap dalam kondisi stabil meskipun pencari nafkah sudah tiada. Maka dari itu, dalam melakukan perencanaan keuangan, tidak sedikit orang terutama yang berperan sebagai pencari nafkah memasukkan asurasi jiwa ke dalam susunan perecanaan keuangan. 

Lalu, bagaimana cara memiliki asuransi jiwa yang sesuai dengan kebutuhan kita? Jika Kamu belum memiliki asuransi jiwa dan ingin memiliki asuransi yang sesuai dengan kebutuhan dan keuanganmu, simaklah tips di bawah ini agar Kamu mendapatkan asuransi jiwa dengan premi rendah. 

Baca Juga: Sesimpel Ini 5 Manfaat Asuransi Perjalanan

1. Ikut program asuransi jiwa sedari muda

Jika saat ini usiamu di bawah 30 tahun dan sudah memiliki tanggungan, maka hari ini adalah saat yang tepat bagimu untuk mulai mendaftar dan memiliki asuransi jiwa. Biasanya harga atau premi untuk asuransi jiwa yang Kamu beli sejak muda cenderung lebih murah daripada membeli asuransi jiwa saat tua atau mendekati masa pensiun. 

2. Ambil asuransi jiwa term life

Asuransi jiwa berjangka atau asuransi jiwa term life merupakan asuransi jiwa di mana proteksi yang di berikan berdasarkan pada kontrka atau jangka waktu tertentu. Kontrak yang di tawarkan asuransi jiwa berjangka bervariasi, mulai dari 5 – 20 tahun tergantung kebijakan perusahaan asuransi. Jika Kamu memilki dana yang minim, maka asuransi ini akan sangat sesuai dan menguntungkanmu lho!

3. Menghindari asuransi jiwa seumur hidup

Asuransi jiwa whole life atau seumur hidup merupakan jenis asuransi jiwa yang memberikan perlindungan atau proteksi kepada tertanggun seumur hidup. Meskipun terdengar sangat menguntungkan, nyatanya premi yang harus di keluarkan cukup besar karena jangka proteksi yang panjang. Hal ini tentu akan sangat boros apabila di bandingkan dengan asuransi jiwa lainnya. 

4. Ketepatan menentukan jumlah uang pertanggungan

Sebelum mengambil asuransi jiwa, Kamu harus menghitung jumlah uang pertanggungan dengan kondisi dan kebutuhanmu. Kamu juga harus mempertimbangkan kebutuhan di masa depan. Jangan sampai asuransi jiwa yang sudah Kamu beli malah menjadi kerugian ketika Kamu tidak menghitung besaran uang pertanggungan dengan tepat dan benar.

5. Menghindari riders yang tidak penting

Manfaat tambahan pada produk asuransi jiwa di sebut juga sebagai riders. Setiap perusahaan asuransi jiwa pasti menawarkan riders kepada nasabahnya. Riders yang di tawarkan pun sangat beragam dan terkadang dapat ‘menyihir’ Kamu untuk menyetujuinya. Meskipun riders yang di tawarkan akan sangat menguntungkanmu, tetapi akan lebih baik jika Kamu memilih rider yang sesuai dengan keperluanmu saja agar sehingga Kamu bisa berhemat dalam membayar premi asuransi jiwa. 

6. Membandingkan penawaran setiap perusahaan asuransi

Sebelum memutuskan untuk membeli asuransi jiwa yang sesuai dengan kebutuhanmu, akan lebih baik jika Kamu membuat perbandingan penawaran berupa fasilitas dan premi dari setiap perusahaan asuransi. Dengan mempertimbangkannya, maka Kamu akan lebih mudah memilih dan menentukan produk asuransi jiwa yang Kamu banget

7. Memiliki gaya hidup sehat

Tahukah Kamu? Perusahaan asuransi akan memberikanmu premi yang tinggi apabila Kamu terdeteksi memiliki riwayat kesehatan yang kurang baik atau memiliki penyakit kritis/turunan. Hal tersebut disebabkan karena orang dengan pola hidup tidak sehat atau menderita penyakit kritis  memiliki tingkat kematian yang cukup tinggi. Maka dari itu, memliki dan menerapkan pola hidup sehat akan sangat membantumu mengurangi premi asuransi jiwa menjadi lebih murah. 

8. Meghindari berbagai hobi ekstrim

Hobi memang tidak bisa dipisahkan dari sesorang karena merupakan kesenangan. Apabila Kamu seseorang yang memiliki hobi atau pekerjaan yang cukup ekstrim dan berbahaya, maka bersiaplah untuk membayar premi asuransi jiwa yang cukup besar. Sama seperti penyakit kritis atau penyakit keturunan lainnya, hobi dan pekerjaan ekstrim memiliki tingkat risiko dan kematian yang cukup tinggi sehingga hal ini sangat berprengaruh dengan harga premi yang diberikan. 

Sesuaikan Premi dengan Kondisi Finansialmu

Ingatkan dirimu bahwa untuk mendapatkan proteksi dan manfaat asuranasi jiwa, Kamu tidak perlu membayar premi yang mahal. Daripada timbul kesulitan keuangan karena harus membayar premi dengan jumlah yang besar, akan lebih baik jika membeli asuransi yang sesuai dengan kebutuhan Kamu dan keluarga. Tidak apa membeli asuransi dengan premi murah, yang terpenting adalah manfaat yang akan diterima. 

Semoga bermanfaat! 

Sumber:

https://www.generali.co.id/id/healthyliving/detail/421/tips-memilih-asuransi-jiwa-murah-terbaik

Penulis:

Kategori: Lain-Lain

Join the Conversation

58 Comments

  1. When British traders landed on India’s shores in the 1600s, they arrived in search of spices and silk but stayed for centuries – leaving behind a legacy that would shape the nation long after their colonial exploitation ended: the English language.

    Over the centuries, English seeped into the very fabric of Indian life – first as a tool of commerce, then as the language of law and, eventually, a marker of privilege.
    [url=https://trip36.win]tripscan личный кабинет[/url]
    Now, after more than a decade of Hindu-nationalist rule, Prime Minister Narendra Modi’s Bharatiya Janata Party (BJP) is mounting perhaps the most significant challenge yet to the language’s place in India.

    “Those who speak English will soon feel ashamed,” Home Minister Amit Shah said last month, igniting a heated debate about national identity and social mobility in the polyglot nation of 1.4 billion.

    While Shah did not mention India’s former colonial masters, he declared that “the languages of our country are the jewels of our culture” – and that without them, “we cease to be truly Indian.”
    https://trip36.win
    трип скан
    Spoken behind the walls of colonial forts and offices, English in India was at first the language of ledgers and treaties.

    But as British rule expanded from the ports of Gujarat to the palaces of Delhi, it became the lingua franca of the colonial elite.

    At independence, India faced a dilemma. With hundreds of languages and dialects spoken across its vast landscape, its newly appointed leaders grappled with the question of which one should represent the new nation.

    Hindi, the predominant language in the north, was put forward as a candidate for official language.

    But strong resistance from non-Hindi-speaking regions – especially in the south – meant English would remain only as a temporary link to unite the country. It’s a legacy that endures to this day – and still rankles some.

    “I subscribe to the view that English is the language of the colonial masters,” Pradeep Bahirwani, a retired corporate executive from the southern city of Bengaluru, said, adding: “Our national language should be a language which… has got roots in India.”

  2. When British traders landed on India’s shores in the 1600s, they arrived in search of spices and silk but stayed for centuries – leaving behind a legacy that would shape the nation long after their colonial exploitation ended: the English language.

    Over the centuries, English seeped into the very fabric of Indian life – first as a tool of commerce, then as the language of law and, eventually, a marker of privilege.
    [url=https://trip36.win]tripscan войти[/url]
    Now, after more than a decade of Hindu-nationalist rule, Prime Minister Narendra Modi’s Bharatiya Janata Party (BJP) is mounting perhaps the most significant challenge yet to the language’s place in India.

    “Those who speak English will soon feel ashamed,” Home Minister Amit Shah said last month, igniting a heated debate about national identity and social mobility in the polyglot nation of 1.4 billion.

    While Shah did not mention India’s former colonial masters, he declared that “the languages of our country are the jewels of our culture” – and that without them, “we cease to be truly Indian.”
    https://trip36.win
    трипскан
    Spoken behind the walls of colonial forts and offices, English in India was at first the language of ledgers and treaties.

    But as British rule expanded from the ports of Gujarat to the palaces of Delhi, it became the lingua franca of the colonial elite.

    At independence, India faced a dilemma. With hundreds of languages and dialects spoken across its vast landscape, its newly appointed leaders grappled with the question of which one should represent the new nation.

    Hindi, the predominant language in the north, was put forward as a candidate for official language.

    But strong resistance from non-Hindi-speaking regions – especially in the south – meant English would remain only as a temporary link to unite the country. It’s a legacy that endures to this day – and still rankles some.

    “I subscribe to the view that English is the language of the colonial masters,” Pradeep Bahirwani, a retired corporate executive from the southern city of Bengaluru, said, adding: “Our national language should be a language which… has got roots in India.”

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Link berhasil disalin