Tuai perhatian dunia, Negara Adidaya Amerika Serikat kembali memberi kekhawatiran melalui risiko kegagalan bayar utang negaranya yang dalam catatan sejarahnya belum pernah terjadi.
Janet Yellen Menteri Keuangan sendiri mengatakan bila kegagalan bayar utang ini benar terjadi maka akan membawa bencana ekonomi dan keuangan.
Seberapa besar dampaknya?
Utang Mencapai Batas Plafon
Source: Reuters
Oktober 2022, utang negara kepemimpinan Joe Biden ini mencapai US$31 Triliun. Kian bertambah, 19 Januari plafon utang terlampaui dan tembus US$31,45 (±Rp460.000 Triliun) pada Maret lalu.
Dalam surat kepada Kongres, Janet mengingatkan akan kemungkinan AS default (gagal bayar) paling cepat 1 Juni bila tidak ada tindakan lebih lanjut (menaikkan pagu utang).
Gimana jika benar-benar default?
Runtuhnya Ekonomi Amerika menjadi Gagal Bayar Utang?
Source: CEA Analysis, di olah The White House
Pelanggaran plafon utang akan membawa kerugian pertama pada ekonomi AS sendiri.
Pemerintah tidak bisa lagi menjual obligasi baru maka aliran dana federal juga akan terhenti. Artinya, segala pembayaran yang bergantung pada jaminan sosial (keluarga militer, pensiunan, manula, dll) terancam tidak terbayar.
Sebuah analisis mengilustrasikan bila terjadi default yang berlarut-larut (protracted) maka akan menghilangkan jutaan pekerjaan, meningkatkan pengangguran, dan bisnis akan menghadapi pasar kredit yang buruk.
Kemungkinan Resesi
Source: CEA Analysis, di olah The White House
Lebih lanjut, efek default yang berlarut-larut akan mengarah pada resesi hebat.
Pada Q3 2023 menjadi kuartal penuh pertama dari simulasi pelanggaran plafon utang, di mana pasar saham anjlok 45%, sementara kepercayaan konsumen dan bisnis juga tertekan mengakibatkan penurunan konsumsi dan investasi, serta ekonomi akan berjalan lambat.
Apa dampak lainnya?
Gejolak Pasar Keuangan
Source: Bloomberg Finance L.P
Ketika default terjadi, peringkat kredit AS akan turun.
Berkaca pada tahun 2011, saat Kongres menaikkan batas plafon 2 hari sebelum tenggat, beberapa hari setelahnya Standard & Poor’s menurunkan rating kredit Amerika dari AAA menjadi AA+.
Mengikutinya, asset berisiko seperti saham bereaksi negatif. S&P 500 turun ±15% dalam kurun waktu yang singkat. Bahkan, jatuhnya harga saham di prediksi dapat menghilangkan US$10 T kekayaan rumah tangga AS.
Fluktuasi Pasar Obligasi
Source: CEA Analysis, di olah The White House
Di dorong kekhawatiran, obligasi AS (Treasury) bertenor pendek dengan jatuh tempo sekitar tanggal tenggat (X-date) cenderung akan masif di jual karena imbal hasilnya lebih tinggi di bandingkan tenor panjang. Trend ini akan membentuk grafik yield yang meningkat menjelang tenggat menunjukkan kepesimisan akan pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek.
Bersamaan itu juga suku bunga menjadi lebih tinggi, segala biaya kredit dan pinjaman akan naik termasuk di dalamnya biaya hipotek, pinjaman kartu kredit, hingga akses usaha yang semakin mahal.
Bagaimana dengan Potensi Gagal Bayar Indonesia?
Source: trading economics
Terdorong sentimen, risiko default membuat investor memindahkan uangnya ke ekuitas internasional dan obligasi pemerintah asing (termasuk ke Indonesia).
Bila dilihat secara data pun, kinerja pasar obligasi Indonesia sendiri sebenarnya sudah sangat baik. Tercatat 5 Mei lalu, yield obligasi 10 tahun berada pada level 6,4% dan nilai CDS (credit default swap) juga terus turun.
Kesimpulan Potensi Gagal Bayar Amerika
Optimis, Sekretaris Pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre, mengatakan
“Amerika Serikat tidak pernah dalam sejarah kami gagal membayar utang. Kami bukan bangsa pecundang. Menghindari default adalah tanggung jawab Kongres”.
Sebagai informasi, plafon utang (debt ceiling) sendiri telah berhasil dinaikkan 78 kali sejak 1960.
Nah, kira-kira pagu sekarang berhasil dinaikkan lagi atau ngga?
Very informative! Your insights are highly valuable. For additional details, check out: LEARN MORE. What are everyone’s thoughts?