Sesimpel Ini Mengatur Investasi di Era Inflasi Tinggi

Hari ini kita akan membahas cara mengatur investasi di era inflasi yang tinggi dan kenaikan suku bunga besar-besaran akhir-akhir ini. Seperti yang kita ketahui, akhir-akhir ini sedang terjadi inflasi tinggi pada seluruh dunia akibat melonjaknya harga minyak. Bagaimana ya kira-kira cara mengatur investasi di era seperti ini? Pada saham manakah dan pada instrumen manakah seharusnya kita investasikan? Yuk simak pembahasannya di bawah ini!

Pembahasan Secara Teori

Secara teori, resesi berarti pertumbuhan PDB negative selama 2 kuartal secara berturut-turut, terakhir kali AS mengalami resesi adalah pada tahun 2020 dimana pertumbuhan pada Q1 dan Q2 negatif akibat pandemic COVID-19. Pertumbuhan GDP Q1-2022 tercatat negative 1.5% dan jika negative lagi di Q2 2022, maka AS akan Kembali mengalami resesi

Terjadinya resesi di US dapat disebabkan karena tingginya harga pangan dan BBM akibat dari pandemic covid-19. Dampaknya ke pasar modal adalah quantitative easing dan suku bunga turun. Jika inflasi tinggi, suku bunga naik, dan Quantitative tapering.

Penjelasan Bobot Saham

Bobot saham itu adalah lembar saham yang di pegang masyarakat. Semakin besar bobot saham, semakin positiflah saham itu. Contoh, bukalapak 51%, goto 66%, berarti setiap pengambilan keputusan selalu voting antar pemegang saham. Pemegang saham lama itu biasa menjaga di 25%. Lalu hitung, lembar saham evaluasi dan stock di kalikan, bobot saham di hitung adalah bobot saham di bagi totalnya. Bobot saham tertinggi di pegang oleh BCA, 13%. Goto per 9 juni 2022, 14%, lebih tinggi dari BCA. Bobot saham itu selalu berubah dari waktu ke waktu. 

Sebelum GOTO Join, LQ45 negatif, maka IHSG positif, dan IDX30 negatif. Namun setelah GOTO join, IHSG, LG45, dan ID30 jadi positif semua. GOTO masuk bukan berita yang positif atau negatif untuk IDX30 dan L45. GOTO hanya membuatnya lebih searah dengan IHSG. 

Arah section rotation setelah IHSG > 7000 adalah NAB  7 Juni 2022, YTD juni 2022, pada 2021, Panin dana maxima -5,87%. Panin dana Prima 3.31%, Syariah saham 10.44%, Ultima -3.30%, panin dana teladan 15,47%, infrastruktur bertumbuh 14,64%, panin beta one -2,10%, panin idx30 kelas A 0,03%. Semua ini terjadi ketika IHSG 10,08%, LQ45 -0,37%, dan IDX30 -1,03%. Jika dana asing terus masuk dan IHSG bertahan di atas level 7000, maka rotasi sector berikutnya adalah saham undervalue. Arahnya bukan spesifik sector tertentu seperti kesehatan, teknologi, dan bluechip pada tahun-tahun sebelumnya.

Strategi yang Bisa Diadopsi

Strategi investor reksadana pasif, yaitu pada portofolio agresif, reksadana saham dapat membeli maksima, prima, ultima, infrastruktur teladan, syariah saham, beta one, IDX30. Sedangkan reksadana campuran dominan saham dapat beli saham bersama, bersama plus, dan unggulan. Jika tujuannya ingin regular income, belilah reksadana fitur bagi hasil berkala, dan reksadana terproteksi. Sedangkan portfolio konservatif, belilah reksadana pendapatan tetap, yaitu gebyar Indonesia, utama plus 2 dan utama. Atau reksadana campuran dominan obligasi seperti syariah berimbang, dan prioritas. Dapat juga membeli panin dana likuid dan likuid syariah (pasar uang). Namun jika usd, dapat membeli panin dana USD. USD secara historis lancar dan dapat di gunakan untuk diversifikasi portofolio. 

Semoga bermanfaat!

Jangan lupa Give Applause, Komentar kalau masih ada yang bingung, dan Share ke teman terdekatmu. Follow juga IG @davidwijaya23 untuk informasi seputar keuangan, produktivitas, dan buku yaaa!

Sumber:

https://akuntansi.uma.ac.id/2022/04/19/4-cara-melindungi-investasi-selama-inflasi/

Penulis:

Kategori: Investasi

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Link berhasil disalin